BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
Apakah masih bisa artis yang populer berpeluang untuk bersaing di pilkada ?
BAB 2
Pembahasan
2.1 Artis Calon Pilkada
Soal popularitas, nama mereka tidak diragukan. Masyarakat dipastikan mengenal wajah-wajah mereka yang kerap hadir di layar kaca. Sebanding dengan Basuki Tjahaja Purnama yang wajahnya juga dikenal masyarakat. Meski begitu, mampukan ketenaran mereka memikat warga Jakarta?
Erwin Jose Rizal, warga Sunter, Jakarta Utara, menganggap sah-sah saja artis politisi maju dalam Pilkada DKI. Menurut dia, tren kalangan artis terjun ke dunia politik juga terjadi di negara lain.
"Boleh saja mereka maju, mereka kan punya hak dipilih dan memilih juga sebagai warga negara Indonesia," kata Erwin, saat ditanyai di kawasan Semanggi, Jakarta Selatan, Senin (1/2/2016).
Namun, Erwin merasa para artis tersebut belum berkompeten untuk menjadi gubernur Jakarta. Masalah di Ibu Kota, kata dia, terlalu kompleks. Maka, DKI harus dipegang oleh orang yang kompeten dan mempunyai gagasan yang bagus untuk mengatasi masalah yang ada di Jakarta.
"Belum pantaslah mereka menjadi orang nomer satu di sini. Kinerjanya belum keliatan. Mereka masih ramai di koran, tapi sepi gagasan buat pemerintahan," ucapnya.
Suroso, warga Mampang Prapatan, juga mengatakan hal serupa. Para artis yang bakal dimajukan oleh partai politik, belum bisa menjadi pesaing yang berat untuk Ahok dalam Pilkada 2017.Menurut dia, masyarakat sekarang sudah pintar dalam menentukan pilihan untuk masalah pemimpin. Walaupun para artis tersebut sudah terkenal di tengah masyarakat namun kiprahnya dalam dunia pemerintahan dirasa belum memadai.
"Masyarakat sekarang sudah pintar dalam memilih, pak Ahok kan udah keliatan nih kerjanya bagus. Para artis itu kan jago masalah akting atau nyanyi di TV tapi kan belum tentu jago ngurusJakarta," ujarnya.
Hal senada juga dikatakan Eva, warga Karet Tengsin. Menurut dia, kans para artis yang akan mencalonkan diri pada Pilkada DKI 2017 terbilang kecil untuk menduduki jabatan gubernur Jakarta. Sebab, para artis tersebut harus bersaing dengan tokoh tokoh yang lebih berpengalaman di pemerintahan. Semisal, Ahok, Ridwan Kamil dan Risma.
"Berat kalau untuk jadi, warga masih banyak yang belum percaya sama mereka. Kayanya sih Ahok lagi yang jadi soalnya banyak warga yang suka sama kinerjanya dia," ujar dia.
Kemal, warga Taman Mini, menganggap sah-sah saja jika kalangan artis maju dalam Pilkada DKI 2017. Tetapi, harus artis yang mempunyai tingkat intelektualitas dan kompetensi yang baik untuk maju menjadi DKI 1.
"Sah saja kalo mereka mau maju, cuma kan masyarakat sekarang sudah pintar. Tidak asal pilih karena mereka sering muncul di TV aja," ucapnya.
Kemal mengungkapkan, dirinya tidak menutup mata ada beberapa artis yang memang mempunyai kapasitas untuk berkecimpung di kancah perpolitikan di Indonesia. Namun, menurut dia, kebanyakan artis yang masuk ke dunia politik hanya untuk mendongkrak suara partainya.
"Tantowi bagus, dia cukup pintar dan wawasannya juga luas. Menarik juga kalo dia maju jadi cagub DKI," ucapnya.
Terlepas dari tanggapan warga di atas, keterlibatan politisi berlatar belakang artis belum dipastikan. Sebab, partai politik, hingga saat ini, belum ada yang mengajukan bakal calon gubernur DKI menghadapi Ahok nanti.
2.2 Calon Artis dan Calon Bukan Artis
Tak sedikit artis yang terjungkal melawan kandidat lain yang dipercaya lebih berkualitas walau tidak terkenal dan jarang muncul di TV. Pemilihan Gubernur DKI memang baru akan digelar 2017. Tampaknya semua parpol mafhum, Ahok lawan tanding yang tak bisa dianggap enteng. Bukan saja karean incumben, tapi yang jauh lebih menakutkan Ahok sangat populer. Gayanya yang blak-blakan, gebrakannya yang kadang mengagetkan, kontroversi yang dibuatnya, hanya berujung pada satu hal: Ahok makin populer.
Parpol yang ingin ikut berlaga di Pilgub DKI tak punya pilihan selain menyiapkan calon yang tak kalah populer, atau bahkan lebih kontroversial. Di dunia nyata, di dunia maya Ahok sangat populer. Setiap hari, setiap saat Ahok jadi berita.
Tak sedikit artis yang terjungkal melawan kandidat lain yang dipercaya lebih berkualitas walau tidak terkenal dan jarang muncul di TV. Pemilihan Gubernur DKI memang baru akan digelar 2017. Tampaknya semua parpol mafhum, Ahok lawan tanding yang tak bisa dianggap enteng. Bukan saja karean incumben, tapi yang jauh lebih menakutkan Ahok sangat populer. Gayanya yang blak-blakan, gebrakannya yang kadang mengagetkan, kontroversi yang dibuatnya, hanya berujung pada satu hal: Ahok makin populer.
Parpol yang ingin ikut berlaga di Pilgub DKI tak punya pilihan selain menyiapkan calon yang tak kalah populer, atau bahkan lebih kontroversial. Di dunia nyata, di dunia maya Ahok sangat populer. Setiap hari, setiap saat Ahok jadi berita.
Boleh saja menuding Ahok punya pasukan dunia maya untuk membuat namanya tetap jadi trending topic, dengan terus mengirim komentar dan membuat artikel tentang Ahok mengundang perdebatan dan diskusi. Tapi seberapa banyak pun pasukan dunia maya yang dikerahkan kalau sosok Ahok tidak punya daya tarik kuat (entah karena disukai atau dibenci), semua akan sia-sia belaka. Cerita tentang spanduk pejabat yang ditafsirkan sebagai ambisi jadi Gubernur Jakarta, seketika mengundang netizen untuk mem-bully habis-habisan. Kalau saya orang itu, niscaya akan seketika menghentikan mimpi jadi Gubernur Betawi. Desy Ratnasari, Eko Patrio, Ahmad Dhani, Farhat Abbas, jelas sangat terkenal. Tak ada yang membantah. Semua orang Jakarta tahu siapa mereka. Tapi ketika disejajarkan dengan Ahok, apakah popularitas mereka tetap bersinar, atau meredup seketika?
Hanya dengan bekal terkenal sebagai artis, saya rasa Desy Ratnasari, Eko Patrio, Ahmad Dhani, Farhat Abbas tahu itu sama sekali tak memadai untuk jadi senjata melawan Ahok. Sebagai incumben, dengan segala gebrakan nyata yang dilakukan, secara tak langsung Ahok sudah melakukan kampanye sepanjang menjabat. Ahok, pinjam kalimat di Facebook, simbol pemimpin yang bertindak. Ini jadi menarik di tengah banyaknya pemimpin yang hanya berwacana. Ngomong aja kerjanya. Kepuasan warga Jakarta akan menjadi tiket bagi Ahok untuk melenggang di Pilgub DKI.
Tapi Ahok, seperti juga kita semua, jelas bukan manusia sempurna. Warga Jakarta yang akan menentukan masa jabatannya, juga tak semuanya puas dengan kinerjanya. Tapi siapa pun yang ingin menjadi penantang Ahok membutuhkan lebih dari sekadar nama yang terkenal. Mengusung nama artis strategi yang jauh dari meyakinkan karena yang ditantang juga sudah sangat terkenal. Seandainya Desy Ratnasari, Eko Patrio, Ahmad Dhani, Farhat Abbas, atau kandidat lain serius ingin maju melawan Ahok, tampaknya mereka membutuhkan konsultan jenius dan mesin partai yang benar-benar solid. Akan sangat banyak upaya yang harus dilakukan. Jurus usang bagi-bagi uang, seperti menggarami air laut. Sia-sia.
2.3 Calon Artis yang belum terjun ke dunia politik sebelumnya
Dhani mengklaim sudah mendapat dukungan dari kawan-kawannya di TNI dan Polri. Bagaimana dengan dukungan dari rekan-rekannya di dunia hiburan?
Menurut Dhani, masih sedikit artis musik yang mendukungnya meskipun ia pelaku industri musik. Dhani sudah memperkirakan pecahnya dukungan artis kepadanya. Salah satu yang langsung menjatuhkan pilihan adalah Nikita Mirzani. Artis peran itu menyatakan mendukung Ahok. Padahal ia dikenal dekat dengan Dhani. Alasan Nikita sederhana. Ia ingin Ahok melanjutkan program kerjanya pada lima tahun mendatang. Ia juga sudah merasakan perubahan yang dilakukan oleh mantan Bupati Belitung Timur itu.
"Karena kalau ganti gubernur takutnya malah yang sudah dibangun itu akan jadi aneh lagi, infrastrukturnya, apanya, dan lainya jangan dibiarkan (mangkrak). Biarkan Pak Ahok jalan dulu sesuai janji-janjinya," kata Nikita.
Buang-buang uang
Penabuh drum band Slank, Bimo Setiawan Almachzumi atau Bimbim, ikut menyuarakan dukungan kepada Ahok. Atas nama pribadi, Bimbim menilai bahwa kinerja Ahok selama memimpin sudah tidak diragukan lagi. Perubahan di Jakarta sudah terasa, katanya. Bimbim berpendapat penantang Ahok sebaiknya berpikir dua kali untuk maju Pilkada 2017. Ia menilai yang melawan Ahok hanya buang-buang uang. Sebab warga Jakarta sudah pintar dalam memilih pemimpin.
"Dia kayak enggak ada lawannya. Enggak ada pilihan lain sejauh ini. Tapi, enggak apa-apa kalau mau habiskan uang buat lawan Ahok," katanya .
Buang-buang uang
Penabuh drum band Slank, Bimo Setiawan Almachzumi atau Bimbim, ikut menyuarakan dukungan kepada Ahok. Atas nama pribadi, Bimbim menilai bahwa kinerja Ahok selama memimpin sudah tidak diragukan lagi. Perubahan di Jakarta sudah terasa, katanya. Bimbim berpendapat penantang Ahok sebaiknya berpikir dua kali untuk maju Pilkada 2017. Ia menilai yang melawan Ahok hanya buang-buang uang. Sebab warga Jakarta sudah pintar dalam memilih pemimpin.
"Dia kayak enggak ada lawannya. Enggak ada pilihan lain sejauh ini. Tapi, enggak apa-apa kalau mau habiskan uang buat lawan Ahok," katanya .
Adapun penyanyi Elfonda Mekel atau Once Mekel , yang merupakan mantan vokalis Dewa 19 rupanya masih ragu dengan majunya Dhani maju sebagai cagub DKI Jakarta. Meski pernah bekerja bareng Dhani, Once akan melihat dulu apakah Dhani memiliki kapasitas menjadi pemimpin di bidang pemerintahan.
"Saya lihat dulu, apa dia (Dhani) punya kapasitas itu," kata Once ketika diwawancara dalam sebuah acara di Batik Lounge, Kemang, Jakarta Selatan, Jumat (11/3/2016) malam.
Pernyataan berbeda dilontarkan penyanyi, pencipta lagu, dan produser musik Bebi Romeo. Ia menyatakan senang Dhani berniat maju pilkada.
"Kalau dukung, ya dukung. Intinya kan sahabat saya. Kalau dia maju, saya senanglah," ucap Bebi .
Namun Bebi memberi mencoba memberi pandangan yang objektif. Ia menilai Dhani akan mengalami kesulitan menantang Ahok. Penyebabnya, kata Bebi, kapasitas Ahok lebih mumpuni di bidang pemerintahan ketimbang Dhani yang seorang musisi dan belum memiliki pengalaman di birokrasi.
Pengetahuan politik
Dhani sendiri menyadari minimnya dukungan dari koleganya di dunia hiburan. Karena itu ia meletakkan dukungan dari kalangan seniman di urutan buncit.
"Kalau seniman di urutan E, urutan terbawah. Mungkin mereka belum mendukung," kata Dhani.
"Mereka antara ketidakpercayaan dan ketidaktahuan. Ada pengetahuan tentang politik yang tidak sampai di situ," kata Dhani ketika ditanya sedikitnya dukungan dari dunia hiburan.
BAB 3
Penutup
Kesimpulan
Artis atau tidaknya calon gubernur sebenarnya tidak terlalu berpengaruh. Karena untuk menjadi gubernur diperlukan sosok yang mengerti tentang kota Jakarta dan bisa membangun Jakarta untuk lebih baik kedepannya. Semua orang boleh bermimpi. Semua orang, termasuk para artis terkenal berhak mencalonkan diri jadi bupati, walikota, gubernur, atau bahkan presiden. Tapi terlalu percaya diri karena merasa terkenal, hanya efektif kalau lawannya sudah tidak terkenal kualitasnya juga meragukan. Kinerja para artis yang sekarang sudah jadi pejabat, juga akan jadi bahan pertimbangan para pemilih bersikap lebih cerdas.